BERISI SELURUH JEJAK DAN HARAPAN PELENGKAP MASA YANG LAPAU, SAAT INI DAN ESOK YANG AKAN DATANG! *****MARI BERMIMPI MARI MEMULAI MARI LUPAKAN WAKTU DAN HINDARI PENYESALAH***** Anda Bisa Menunda Untuk Berubah Karena Banyaknya Urusan. Tapi Hidup Tidak Pernah Menunda Urusannya Untuk Menunggu Anda Berubah. Sebuah rencana yang hebat dapat gagal hanya karena kurangnya kesabaran.
Kamis, 09 Februari 2012
YAYA--NIEENOOT
I.
JUDUL
1.1.
Kultur Bakteri dan Morfologi Koloni Bakteri
1.2.
Pewarnaan Bakteri
1.3.
Uji Kepekaan Bakteri terhadap Antibiotik
II.
TUJUAN
- Membuat
kultur bakteri
- Mengamati
morfologi koloni bakteri
- Membedakan
bakteri Gram positif dan Gram negative
- Mengamati
bentuk sel bakteri
- Menguji
kepekaan bakteri terhadap Antibiotik
III.
DASAR
TEORI
2.1
Medium Biakan
Mikroorganisme dapat dibiakan dalam air yang
sudah ditambah dengan nutrien yang
sesuai. Medium biakan adalah larutan encer
yang mengandung nutrien penting, yang menyediakan kebutuhan bagi sel mikroba supaya dapat
tumbuh dan menghasilkan banyak sel yang serupa. Di samping sumber energi berupa
senyawa organik dan anorganik atau
cahaya, medium biakan harus memiliki
sumber karbon, nitrogen dan nutrien
penting lainnya. Medium biakan dapat disiapkan
dalam keadaan cair maupun
gel (semi padat). Dari cair dapat
diubah menjadi padat dengan penambahan agar. Medium biakan yang mengandung agar dapat disimpan dalam
bentuk lempeng pada cawan Petri
tertutup, dimana sel mikroba dapat tumbuh dan membentuk massa yang terlihat
sebagai koloni sel. Disamping itu
medium biakan yang mengandung agar dapat pula disimpan dalam tabung reaksi
dengan kemiringan tertentu, dimana sel mikroba dapat tumbuh dengan memberikan
karakteristik pertumbuhan yang khas.
2.2
Konsep
Biakan Murni
Medium agar merupakan substrat yang baik untuk
memisahkan campuran mikroba sehingga masing-masing jenis dapat terpisah. Teknik
yang sering digunakan untuk menumbuhkan mikroba pada medium agar diharapkan
mikroba tersebut dapat tumbuh agak
berjauhan dari sesamanya, juga setiap selnya berhimpun membentuk koloni. Koloni
merupakan sekelompok masa sel yang dapat dilihat dengan mata langsung. (gambar
2.1). Semua sel dalam koloni itu sama;
dianggap semua sel itu merupakan keturunan (progeny) satu mikroorganisme dan
karena itu mewakili sebagai biakan murni.

Gambar
2.1 Koloni bakteri pada suatu medium lempeng agar
2.3
Bulyon
Agar (Lempeng Agar)
Susunannya sama dengan pembenihan bulyon (cair) hanya ditambah dengan 2 % agar-agar.
Pembenihan ini ketika masih panas (masih cair) dituangkan ke dalam tabung
reaksi atau cawan petri/petri dish. Bila sudah dingin, akan menjadi padat.
Koloni dari setiap jenis bakteri selalu mempunyai bentuk yang tetap, sehingga
dengan melihat bentuk koloninya saja, sudah dapat di duga jenis bakteri yang
sedang diselidikinya. Misalnya:
·
koloni
Vibrio cholera, bening seperti tetes air embun.
·
koloni
Staphylococcus dan Streptococcus
pyogenes keruh seperti nanah,
di mana koloni Staphylococcus besar-besar sedangkan koloni Streptococcus
kecil-kecil.
·
koloni Vibrio cholera, baik pinggir
maupun permukaannya licin disebut smooth colony (koloni S) sedangkan koloni Corynebacterium diptheriae tidak rata (bergerigi) dan disebut
rough colony (koloni R)
2.4 Teknik
Menanam Dalam Pembenihan Agar Lempeng
A. Oese
yang sudah mengandung biakan diletakkan di atas permukaan agar dan segera
ditarik ke atas sambil membuat garis-garis berupa zig-zag.
B. Sama
seperti yang A di buat garis-garis yang zigzag namun agar lempeng tersebut
dibagi menjadi empat bagian terlebih dahulu.
C. Tutup
lempeng dibuka dan tetap dipegang dengan tangan kiri, kemudian oese yang
mengandung biakan (bahan pemeriksaan) dioleskan pada permukaan agar dengan
membuat garis-garis sebanyak mungkin tetapi masing-masing terpisah.
D. Pada
cara ini bagian pinggir lempeng seolah-olah dipakai untuk menipiskan bahhan
pemeriksaan sedang pada bagian tengah diharapkan tumbuh koloni-koloni yang
terpisah satu sama lain sehingga koloni-koloni tersebut dapat diasingkan untuk
jadi biakan murni.
![]() |
2.5
Alat
Dan Bahan-Bahan Laboratorium
Alat-alat
dan bahan-bahan yang biasa dipakai dalam
laboratorium mikrobiologi yaitu:
A. Alat-Alat
Dapur
Autoklaf,
sterilisator kering, lemari pengeram, lemari pendingin, lemari pengering, dll.
B. Alat
Laboratorium Dan Pembenihan
- Tabung
( tabung reaksi, tabung presipitasi, tabung WR, tabung Widal, tabung kentang,
tabung Durham, dll).
- Alat
inokulasi (tugal bermata, jarum dan tugal jamur).
- Sudip
(soatel) Drigalski, sudip lidah.
- Pipet
(Pasteur, Kahn, balon, berukuran).
- Lempeng
petri (nbermacam-macam ukuran, Fortner).
- Kaca
alas (biasa, cekung), kaca tutup.
- Sungkup
(eksikator, Klein, anaerob).
- Saringan
bakteri (Seitz, Chamberland, Pukal).
- pH
meter.
- Nefelometer.
- Pinset
(sediaan, anatomi, chirurgi).
- Penghitung
koloni, bilik hitung.
- Semprit
(biasa, Mantoux).
- Perbenihan
cair: air pepton, kaldu (bulyon),deret gula-gula, dll.
- Perbenihan
padat: agar miring, agar lempeng, agar tegak, Loeffler, TSIA, Lowenstein.
- Perbenihan
½ padat (semi-solid agar).
2.6
Morfologi
Koloni
Populasi bakteri tumbuh sangat cepat ketika mereka disertakan
dengan gizi dan kondisi lingkungan yang memungkinkan mereka untuk berkembang.
Melalui pertumbuhan ini, berbagai jenis bakteri kadang-kadang akan menghasilkan
koloni yang khas dalam penampilan. Beberapa koloni mungkin akan berwarna, ada
yang berbentuk lingkaran, sementara yang lain tidak teratur. Karakteristik
koloni (bentuk, ukuran, warna, dll) yang diistilahkan sebagai "koloni
morfologi". Morfologi
koloni adalah cara para ilmuwan dapat mengidentifikasi bakteri.
Umumnya
pada semua perbenihan padat baik yang berbentuk lempeng atau miring bakteri
akan tumbuh dan membentuk koloni yang sifat-sifatnya sangat berlainan dank has
untuk tiap jenis bakteri. Dengan begitu apabila kita mengetahui cirri-ciri
koloni suatu kuman maka pengetahuan tersebut sangat membantu kita dalam usaha
memisahkan atau mengisolasinya.
Sifat
(ciri-ciri)) koloni bakteri meliputi:
Bentuk : datar, konveks, kubah (capitate),
berlekuk tengah (umbilicate), datar meninggi (raised), muncung (pulvinate),
bentuk gong (umbonate).
Ukuran : diameter rata-rat dalam millimeter.
Rupa : seperti titik (punctiform), bulat,
berfilamen, rhizoid, tak teratur (irregular).
Permukaan
: licin (smooth), kasar (rough), berjari (radiate), berlingkaran konsentris.
Pinggir : rata, berombak, berfilamen, keriting,
(curled), pecah-pecah (erose).
Daya tembus cahaya
: opaque, semitransparent, transparent.
Warna : kuning, merah, hijau, berfluoresensi,
dll.
Kepadatan
: berlendir, likat, seperti mentega, rapuh.
![]() |
2.7
Pewarnaan
Bakteri
Bakteri
merupakan organisme yang sangat kecil (berukuran mikroskopis). Itu berarti
bahwa jasad renik ini tipis sekali sehingga tembus cahaya. Akibatnya, bakteri
ini akan sangat sulit untuk dilihat dengan teliti di bawah mikroskop. Oleh
karena itu, agar dapat dilihat dengan jelas maka bakteri tersebut haruslah
diwarnai/dilakukan pengecatan terlebih dahulu.
Pewarnaan
bakteri sudah dilakukan sejak permulaan berkembangnya mikrobiologi di
pertengahan abad ke- 19 oleh Loius Pasteur dan Robert Koch. Pewarnaan
bakteri dapat dilakukan dengan satu macam zat warna ataupun lebih. Pewarnaan
bakteri dengan menggunakan satu macam zat warna disebut pewarnaan sederhana.
Pewarnaan dengan menggunakan lebih dari satu macam zar warna diberi nama sesuai
dengan nama penemunya. Pada umumnya, ada dua macam zat warna (bahan cat) yang
sering dipakai, yaitu sebagai berikut:
·
Zat warna yang bersifat asam; komponen
warnanya adalah anion, biasanya dalam bentuk garam natrium
·
Zat warna yang bersifat alkalis, dengan
komponen warna kation, biasanya dalam bentuk klorida.
Pada
pewarnaan sederhana yang sering dipakai adalah methylen blue. Hasil pewarnaannya
akan lebih baik bila diberi sedikit KOH (Kalium Hidroksida). Larutan ini
disebut Loffer methylen blue.
Cara-Cara
Pewarnaan
a. Pewarnaan
Sederhana
Tujuan pengecatan
ini ialah untuk membedakan bakteri dari benda-benda mati lain yang bukan
bakteri dan untuk melihat bentuk dan ukurannya. Larutan cat hanya terdiri dari
satu bahan cat yang dilarutkan dalam suatu bahan pelarut. Bahan-bahan yang
banyak dipakai untuk keperluan ini adalah karbol
fuksin, kristal violet, dan methylen blue.
b. Pewarnaan
Diferensial
Untuk pewarnaan ini
digunakan lebih dari satu macam bahan cat. Dengan cara ini bahan-bahan cat yang
dipakai adakalanya terpisah, atau adakalanya dicampur dan digunakan dalam satu
larutan. Dua macam pewarnaan/pengecatan yang terpenting dari golongan ini ialah
pengecatan Gram dan pengecatan tahan asam seperti pengecatan Ziehl-Naelsen.
Sediaan oles (preparat)
untuk proses pengecatan dibuat sebagai berikut:
A.
Ambil satu gelas objek yang bersih dan bebas
lemak, tandai berupa bulatan. Letakkan satu oese suspense biakan diatas gelas
tersebut.

B. Suspense dioleskan seluas garis tanda berupa
bulatan.
C. Sediaan dikeringkan (diuapkan) di udara atau
dihangatkan jauh di atas api.
D. Lakukan fiksasi diatas api kecil tiga kali
berturut-turut masing-masing selama satu detik, dengan cara dilewatkan diatas
api.
E.
Dinginkan
sebentar di udara, untuk kemudian dilakukan pewarnaan.
Yang dimaksud
dengan fiksasi ialah melekatkan bakteri pada kaca objek, mematikan bakteri
dengan cepat agar sifat-sifatnya tidak banyak berubah. Fiksasi ini harus
dilakukan setelah preparat kering.
1) Pewarnaan Gram (Christian Gram)
Pewarnaan ini
pertama kali dikemukakan oleh Christian gram (1884). Dengan pengecatan ini film
bakteri mula-mula dilapisi dengan larutan zat warna karbol gentin violet (karbol
kristal violet, karbol metilviolet) dan didiamakan beberapa lama, kemudian
disiram dengan larutan iodium dan dibiarkan terendam dalam waktu yang sama.
Sampai tingkat pengecatan ini selesai, semua bakteri akan berwarna ungu. Untuk
lebih jelasnya berikut adalah tahap-tahap pewarnaan:
A. Pada sediaan oles yang sudah disiapkan,
tuangkan satu atu dua tetes zat warna karbol-gentian ungu, biarkan satu menit.
B. Zat warna dibuang dan segera diberi larutan
lugol (tanpa dicuci terlebih dahulu), biarkan satu menit.
C. Lugol dibuang dan sediaan cuci dengan alcohol
96% sampai tak ada lagi zat warna yang terlarut, dengan cara dicelupkan.
D. Cuci dengan air sampai bersih.
E.
Tuangi
larutan air fukhsin/safranin dan biarkan satu menit.
F.
Cuci
lagi dengan air sampai bersih.
G.
![]() |
Keringkan dengan kertas saring, lalu amati dibawah mikroskop.
Hasil pewarnaan:
-
Bakteri
gram positif berwarna ungu
-
Bakteri
gram negative berwarna merah
Dengan pewarnaan
Gram, ada beberapa bakteri yang dapat menahan zat warna ungu (karbol kristal
violet, karbol metilviolet) dalam
tubuhnya meskipun telah didekolorisasi dengan alkohol dan aseton. Bakteri yang
memberi reaksi semacam ini dinamakan bakteri Gram Positif. Sebaliknya,
bakteri yang tidak dapat menahan zat warna setelah didekolorisasi dengan alkhol
dan seton akan kembali menjadi tidak berwarna dan bila diberikan
pengecetan dengan zat warna kontras akan berwarna sesuai dengan zat warna
kontras. Bakteri yang memperlihatkan reaksi semacam ini dinamakan bakteri Gram Negatif.
2) Pewarnaan Ziehl Neelsen
Pewarnaan ini juga
disebut dengan pengecetan tahan asam. Disebut deikian karena pada beberapa
jenis bakteri sukar dilakukan pengecetan. tetapi sekali dapat tercat tidak
mudah untuk dilunturkan meskipun dengan menggunakan zatpeluntur (decolorizing
agent) asam (atau
sam-alkohol). Yang termasuk bakteri yang sukar dicat adalah dari genus Mycrobacterium (Mycrobacterium
tuberculosis. Mycobacterium leprae, Mycobacterium smegmatis). Bakteri tahan
asam sangat banyak mengandung lipida,
asam lemak, dan kandungan
inilah yang mencerminkan sifat tahan asam pada golongan bakteri tersebut antara
lain asam mikolat. Cara pengecetannya ialah:
1.
Film
bakteri pada kaca objek yang telah difiksasi, disiram dengan karbolfuksin,
kemudian dipanaskan sampai keluar uap (tidak sampai mendidih). Pemanasan
diulang beberapa kali agar bahan cat tetap hangat kemudian didiamkan selama
lima menit.
2.
Dekolorisasi
dilakukan dengan asam-alkohol dalam waktu yang singkat, kemudian cepat dicuci
dengan air.
3.
Pengecetan
dengan cat kontras dilakukan dengan metil biru dalam larutan KOH 1/10000
4.
Setelah
dicuci kembali dengan air preparat dikeringkan di udara.
Dengan pewarnaan
ini, bakteri dibagi dalam 2 golongan, yaitu:
1.
Bakteri
yang berwarna merah dengan pewarnaan Ziehl neelsen disebut bakteri tahan asam
9acid fast)
2.
Bakteri
yang berwarna biru dengan pewarnaan Ziehl Neelsen disebut bakteri tidak tahan
asam (non-acid fast)
3) Pewarnaan Neisser dan Albert
Di antara bakteri
bentuk batang Gram positif, ada yang di dalam selnya ditemukan granula
polifosfat yang disebut juga granula metakromatik atau volutin bodies. granula
ini bersifat kromofil dan metakromatik yang berarti mempunyai aktivitas kuat
terhadapa zat-zat warna, dan seringkali tampak lain dari zat warna yang
diberikan. Berikut adalah langkah-langkah pengecetannya:
1.
Sebagai
bahan cat disediakan tiga macam larutan, yaitu:
·
Neisser
A isinya methylen blue
·
Neisser
B isinya gentian violet
·
Neisser
C isinya chrysoidin (berwarna kuning)
2.
Untuk
pengecetan pertama digunakan larutan A dan B yang dicampur sesaat sebelum
pengecatan dalam perbandingan dua bagian larutan A dengan satu bagian larutan
B. Lama pengecatan adalah setengah menit
3.
Setelah
campuran tersebut dibunag preparat dibilas dengan larutan dan larutan ini
didiamkan di atas film preparat selama ½ - 1 menit, kemudian dikeringkan dengan
kertas saring.
Selain itu, untuk
menonjolkan granula metakromatik ini dapat pula dilakukan pengecetan Albert,
yaitu:
1.
Preparat
dicat dengan larutan cat menurut Albert selama 3-5 menit
2.
Setelah
dicuci dengan air, preparat disiram dengan larutan iodium (menurut Gram) dan
ditunggu satu menit. kemudian dicuci kembali dengan air dan dikeringkan dengan
kertas saring.
Hasil Pengecetan:
1.
Pada
pengecetan Neisser: Granula berwarna biru-hitam, sitoplasma berwarna kuning
(krisoidin) atau tengguli/kecoklat-coklatan (Bismarck brown)
2.
Pada
pengecetan Albert: Granula berwarna biru-hitam, sitoplasma hijau
***Semua bakteri Gram negatif tidak tahan
asam, sedangkan bakteri Gram positif ada yang tahan asam dan ada yang tidak
tahan asam***
2.8
Uji
Kepekaan terhadap Antibiotik
Bahan
kimia, berbagai jenis bahan kimia dapat menghambat pertumbuhan kuman, misalnya
kadar gula yang tinggi, zat warna, desinfektan, antibiotika. Bahan kimia ini
dapat menghambat pertumbuhan kuman, disebut efek bakteriostatik, atau dapat
membunuh kuman, disebut efek bakterisid. Disinfektan adalah bahan kimia yang
digunakan untuk sanitasi, disinfeksi, antisepsis, dan membunuh kuman.
Antibiotika
sering digunakan untuk mengobati berbagai penyakit infeksi bakterial.
Antibiotika dapat bersifat bakteriostatik dan juga bakterisid. Dalam melakukan
terapi dengan menggunakan antibiotika guna penanggulangan penyakit infeksi
bakterial, kadang diperlukan pemeriksaan kepekaan (tes sensitivitas) kuman
terhadap antibiotik yang tersedia, karena pada masa kini telah banyak ditemukan
kuman yang resisten terhadap antibiotika.
Pemeriksaan
kepekaan kuman terhadap antibiotika dilakukan dengan :
1.
Cara Cakram (Disc Method), menggunakan cakram
kertas saring yang mengandung antibiotika/bahan kimia lain dengan kadar
tertentu yang diletakkan di atas lempeng agar yang ditanami kuman yang akan
diperiksa, kemudian di inkubasi. Apabila tampak adanya zona hambatan
pertumbuhan kuman disekeliling cakram antibiotika, maka kuman yang diperiksa
sensitif terhadap antibiotika tersebut, Cara ini disebut juga cara difusi agar,
yang lazim dilakukan adalah cara Kirby-Bauer.
Uji
Kepekaan terhadap Antibiotik (Metode Kirby-Baueur)
Tujuannya untuk mengetahui
apakah suatu jenis bakteri resisten, intermedit atau sensitive terhadap
antibiotic tertentu.
Alat dan bahan :
-
Cawan petri
-
Tugal/jarum inokulasi
-
Lidi kapas steril
-
Standar Mc-Farland 0,5
-
Inkubator
|
-
Bakteri uji
-
Cakram antibiotic
-
NaCl fisiologis
-
Muller Hinton Agar
|
Cara kerja :
·
Membuat inokulum bakteri, dengan cara
mengambil 3-5 koloni bakteri yang akan diuji dari cawan petri, dengan
menggunakan tugal.
·
Koloni yang diambil tadi dimasukkan pada
sebuah tabung reaksi yang berisi NaCl fisiologis steril, sehingga terbentuk
suspense bakteri yang akan diuji.
·
Suspense tersebut, lalu dibandingkan dengan
standar Mc-Farland 0,5, kalu terlalu keruh ditambah NaCl fisiologis steril,
kalu terlalu encer di tambah koloni bakteri sampai dicapai kekeruhan yang sama
dengan standar Mc-Farland 0,5.
·
Suspense
bakteri tersebut diambil dengan menggunakan lidi kapas steril. Supaya tidak
terlalu banyak suspense yang terambil, setelah dicelupkan lidi kapas tersebut
ditekan-tekan pada dinding tabung reaksi, di atas permukaan suspense bakteri.

·
Lidi kapas tersebut, lalu diapuskan pada
semua permukaan media. Inokulum dibiarkan mongering selama 3-5 menit pada
temperature kamar dengan tertutup.
·
Cakram antibiotic diletakkan pada inokulum di
atas permukaan Mueller Hinton agar dengan menggunakan pinset steril.
·
Diinkubasikan dalam incubator pada suhu 370
C selama 24-48 jam.
·
Mengukur zona hambat yang terbentuk dengan
menggunakan kalifer.
·
Menentukan apakah bakteri tersebut resisten,
intermedit, atau sensitive terhadap antibiotic tertentu, dengan cara membandingkan
zona hambat hasil pengukuran dengan tabel yang tersedia.
No
|
Antibiotik
|
Diameter Zona Hambat
|
||
R
|
I
|
S
|
||
1
|
Metisilin
(MET)
|
≤
9
|
10-13
|
≥
14
|
2
|
Azitromycin
(AZM)
|
≤
13
|
14-17
|
≥
18
|
3
|
Eritromycin
(E)
|
≤
13
|
14-22
|
≥
23
|
4
|
Ciprofloxacin
(CIP)
|
≤
15
|
16-20
|
≥
21
|
2.
Cara Tabung (Tube Dilution Method), membuat
penipisan antibiotika pada sederetan tabung reaksi yang berisi perbenihan cair.
Ke dalam tabung-tabung tersebut dimasukkan kuman yang akan diperiksa dengan
jumlah tertentu dan kemudian dieram. Dengan cara ini akan diketahui konsentrasi
terendah antibiotika yang menghambat pertumbuhan kuman yang disebut Konsentrasi
Hambat Minimal (KHM) atau Minimal Inhibitory Concentration (MIC)
IV.
HASIL
PENGAMATAN
4.1
Percobaan
ke I
a.
Kultur
Bakteri
![]() |
b.
Morfologi
Koloni Bakteri
Terdapat dua koloni bakteri yang berasal dari
tenggorokan praktikan yaitu Streptococcus
pneumonia yang mempunyai ukuran koloni yang lebih kecil 0,2-0,3 mm dan Staphylococcus aureus yang memiliki ukuran
lebih besar dengan ciri-ciri sebagai berikut:
Ciri-ciri
|
Staphylococcus aureus
|
Bentuk
Ukuran
Rupa
Permukaan
Pinggir
Daya tembus
cahaya
Warna
kepadatan
|
Konveks
4-5 mm
Tidak teratur
(ireregular)
Berjari
(radiate)
Pecah-pecah
(erose)
Semitransparan
Kuning
|
4.2
Percobaan
ke II
Pewarnaan
Gram

![]() |
4.3
Percobaan
ke III
Tabel Hasil Pengamatan Uji Kepekaan Bakteri Terhadap
Antibiotik Kelompok 1
No
|
Antibiotik
|
Panjang zona
hambat (mm)
|
Diameter
zona hambat
|
1
|
Meticilin (met)
|
7 mm
|
Resisten (R)
|
2
|
Azitromycin (Azm)
|
13 mm
|
Resisten (R)
|
3
|
Eritromycin (E)
|
32 mm
|
Sensitif (S)
|
4
|
Ciprofloxacin (CIP)
|
23 mm
|
Sensitif (S)
|


Tabel
Uji Kepekaan Bakteri Terhadap Antibiotik
No
|
Antibiotik
|
Diameter Zona Hambat (mm)
|
|||||||
I
|
II
|
III
|
IV
|
V
|
VI
|
VII
|
VIII
|
||
1
|
MET
|
7 (R)
|
6 (R)
|
6 (R)
|
6 (R)
|
6 (R)
|
6 (R)
|
6 (R)
|
6 (R)
|
2
|
AZM
|
13 (R)
|
26 (S)
|
24 (S)
|
23 (S)
|
26,3 (S)
|
20 (S)
|
22 (S)
|
23 (S)
|
3
|
E
|
32 (S)
|
30 (S)
|
27 (S)
|
28 (S)
|
26,4 (S)
|
28 (S)
|
29 (S)
|
25 (S)
|
4
|
CIP
|
23 (S)
|
27 (S)
|
26 (S)
|
22 (S)
|
12 (R)
|
23 (S)
|
27 (S)
|
26 (S)
|
Keterangan:
MET :
Metisilin
AZM :
Azitromycin
E :
Eritromycin
CIP :
Ciprofloxacin
V.
PEMBAHASAN
5.1
Percobaan
ke I
a.
Kultur
bakteri

b. Morfologi
Koloni Bakteri
Pada praktikum ini
dilakukan pengamatan koloni bakteri yang terbentuk dari pengkulturan bakteri
yang berasal dari tenggorokan manusia. Berdasarkan hasil penelitian kelompok
kami, didapat koloni bakteri Staphylococcus aureus
yang memiliki ciri-ciri koloni berbentuk konveks,ukuran 4-5 mm, rupa tidak
teratur (irregular), permukaan berjari (radiate), pinggirnya pecah-pecah
(erose), daya tembus cahaya semitransparan dan warna kepadatannya kuning.
5.2 Percobaan ke II
Pewarnaan
Gram
Pewarnaan Gram atau metode Gram merupakan suatu metode atau teknik pewarnaan diferensial yang penting untuk
membedakan atau mencirikan bakteri. Dalam proses ini olesan bakteri yang terfiksasi
diberi larutan tertentu yaitu ungu kristal, iodium, alkohol dan safranin.
Bakteri yang sudah diberi warna dengan menggunakan metode pewarnaan inidapat dibedakan menjadi dua kelompok yaitu gram positif dan gram negatif.
Berdasarkan praktikum yang telah kami lakukan
diketahui bahwa baik koloni satu maupun koloni dua yang diambil dari hasil
biakan pada media lempeng merupakan gram positif. Ini di dasarkan pada hasil akhir pewarnaan yang menghasilkan warna ungu. Hal ini di dasarkan pada
kemampuan bakteri untuk mempertahankan warna ungu dan kristal violet selama
pelunturan warna (decolorization) oleh alcohol. Bakteri gram negatif di dekolorisasi
oleh alcohol dan melepaskan warna Kristal violet. Bakteri positif tidak dapat
di dekolorisasi oleh alcohol dan tetap berwarna ungu. Setelah proses
dekolorisasi, zat warna merah counterstain, safranin digunakan untuk
menghasilkan warna merah muda pada organism gram negative yang sudah di
dekolorisasi. Pada waktu zat pemantek (mordant) iodium diberikan selama satu
menit, warna bakteri tetap sama yaitu ungu. Fungsi dari zat pemantek disini
adalah bereaksi dengan Kristal violet untuk membentuk senyawa yang relative
tidak larut pada bakteri gram positif. pada waktu zat peluntur warna
(decolorizing agent), etanol (acetone-alcohol) 95% diberikan pada preparat
selama 10-20 menit, bakteri gram negative menjadi luntur tidak berwarna
sedangkan yang gram positif tetap berwarna ungu. Pada tahap akhir, zat warna
counterstain, safranin membuat bakteri gram negative berwarna merah muda, dan
warna ungu dari bekteri gram positif tidak terpengaruh. Dari semua teknik
pewarnaan untuk mengidentifikasi bakteri, pewarnaan gram merupakan cara yang
paling berguna.
Pada pewarnaan gram ini, bakteri terbagi dalam
dua kelompok, hal ini diduga karena bakteri gram negative mempunyai kandungan
lipid (magnesium ribonukleat, asam lemak tak jenuh) yang tinggi dalam dinding
selnya, perendaman/pencucian dengan alcohol akan melarutkan lemak dan Kristal
violet dari dinding sel. Sedangkan bakteri gram positif mempunyai lipid yang
lebih sedikit, sehingga zat warna tidak larut. Teori lain menyatakan bahwa
dinding bakteri gram positif mengandung lebih banyak peptidoglikan (30 lapis)
yang memerangkap ikatan Kristal ungu-yodium dalam berbagai ikatan silang
membentuk molekul yang besar, sehingga tidak dapat lepas keluar pada saat
diberi alcohol. Selain itu dikatakan pula bahwa pada dinding sel bakteri gram
positif terjadi denaturasi protein karena pencucian dengan alcohol sehingga
menjadi keras dan beku. Pori-pori mengecil dan kompleks Kristal ungu-yodium
dipertahankan sehingga bakteri tetap berwarna ungu. Sedangkan bakteri gram
negative mempunyai lapisan peptidoglikan yang tipis (1-2 lapisan) dan susunan
dinding sel tidak kompak, permeabilitas selnya lebih besar, sehingga
memungkinkan terlepasnya kompleks Kristal ungu-yodium. Perbedaan lain dari
kedua kelompok gram tersebut adalah kepekaannya terhadap berbagai macam
antibiotika, nutrisinya, produksi toksin dll.
5.3 Percobaan ke III
Berdasarkan hasil
praktikum dari uji kepekaan terhadap antibiotik, didapat hasil yang resisten
dan sensitive. Bakteri yang menggunakan antibiotic metisin memiliki zona hambat
berdiameter 7 mm dan bersifat resisten, pada Azitromycin memiliki diameter zona
hambat 13 mm dan bersifat resisten, pada antibiotic Eritromycin memiliki
diameter zona hambat 32 mm dan bersifat sensitive, pada Ciprofloxacin memiliki
diameter zona hambat 23 mm dan bersifat sensitive. Penentuan ukuran zona hambat
diatas diukur dengan menggunakan jangka sorong dan didapat hasil seperti
diatas.
Zona hambat pada bakteri terdiri dari 3
kategori yaitu resisten, intermediet, dan sensitive yang ditandai dengan adanya
bagian yang berwarna bening pada media bakteri. Bagian bening ini merupakan
bagian yang tidak ditumbuhi bakteri, karena terjadi proses difusi dari cakram
ke lingkungan sekitarnya.
VI.
JAWABAN
PERTANYAAN
Percobaan
I
1. Apa
fungsi agar-agar pada media tumbuh bakteri?
2. Apakah
agar-agar tersebut di metabolisme oleh bakteri?
Jawaban
1.
Fungsi agar-agar adalah sebagai pemadat
dan tidak menyediakan zat-zat gizi untuk bakteri, selain sebagai pemadat agar
juga digunakan untuk tempat menyimpan nutrisi-nutrisi yang nantinya akan
digunakan oleh bakteri.
2.
Agar-agar tidak dimetabolisme oleh
bakteri, karena agar hanya sebagai pemadat saja dan tidak menyediakan nutrisi
apapun. Yang dimetabolisme oleh bakteri adalah unsur-unsur seperti unsur makro
(C,H,O,N,dan P) dan mikro (Fe dan Mg).
Percobaan
II
1. Jelaskan
fungsi alkohol pada pewarnaan?
2. Jelaskan
faktor-faktor yang menyebabkan perbedaan reaksi terhadap zat warna pada bakteri
yang saudara uji!
Jawaban
1. Fungsi
alkohol adalah untuk melunturkan atau mencuci zat warna utama (decolorization)
2. Perbedaan
reaksi terhadap zat warna pada bakteri disebabkan karena adanya reaksi bakteri
terhadap pewarnaan tersebut. Ini didasarkan pada kemampuan bakteri untuk
mempertahankan warna ungu dan kristal violet selama proses decolorization oleh
alkohol. Pada bakteri gram negatif didekolorasi oleh alkohol sehingga melepaskan
warna kristal violet. Setelah proses dekolorisasi safranin digunakan untuk
menghasilkan warna merah muda dan diberikan zat pemantek yang akan bereaksi
dengan kristal violet untuk membentuk senyawa yang relatif tidak larut pada
bakteri Gram positif. Sedangkan bakteri
gram positif tidak dapat didekolorisasi oleh alkohol dan tetap berwarna ungu.
Selain itu, faktor lain yang menyebabkan terjadinya perbedaan reaksi adalah
kandungan lemak yang terkandung. Bakteri gram negatif mempunyai kandungan lipid
yang tinggi dalam dinding selnya, pencucian dengan alkohol akan melarutkan
lemak dan kristal violet dari dinding sel. Sedangkan bakteri gram positif
mempunyai lipid yang lebih sedikit, sehingga zat warna tidak larut.
Percobaan
III
1. Apa materi genetik diluar kromosom yang dapat
bereplikasi secara autonom yang membawa sifat-sifat khusus bakteri?
2. Apa
perbedaan sifat antara plasmid dan transposon?
3. Apa
makna yang bisa saudara simpulkan mengenai terbentuknya zona hambat (daerah
bening di sekitar cakram antibiotik)?
Jawaban
1.
Materi genetik diluar kromosom yang
dapat bereplikasi secara autonom yang membawa sifat khusus bakteri adalah
transposon dan plasmid.
2.
Plasmid merupakan elemen genetik yang
bereplikasi secara bebas dari kromosom hospes.
Transposon merupakan sepotong DNA
yang dapat berpindah dari satu lokasi ke lokasi lain di dalam genom sel.
Transposon tidak pernah hadir sendirian, pergerakan transposon (transposisi)
muncul sebagai satu tipe rekombinasi antara transposon itu (tempat target) dan
tempat DNA lainnya yang mengalami kontak dengan transposon. Di dalam suatu sel
bakteri, transposon bisa berpindah-pindah selama berada di dalam kromosom itu,
dari plasmid ke kromosom (atau sebaliknya), atau dari satu plasmid ke plasmid
lainnya.
3. Terbentuknya
zona hambat disebabkan karena adanya proses difusi dari cakram ke lingkungan
sekitarnya. Maknanya jika kita terinfeksi dengan bakteri Staphylococcus aurens maka yang dapat menghambatnya antibiotik yang
bersifat sensitif seperti Erytromycin
dan Ciprofloxacin.
VII.
KESIMPULAN
7.1.
Percobaan 1
Berdasarkan
pembahasan diatas hasil kultur
bakteri didapatkan dua koloni bakteri, yang satu berukuran besar yaitu Staphylococcus aureus dan yang lainnya
berukuran lebih kecil (seperti titik) yaitu Streptococcus
pneumonia dengan cirri morfologi yang berbeda-beda.
7.2. Percobaan 2
Berdasarkan
pembahasan diatas, bakteri yang kami kultur merupakan bakteri gram positif yang berwarna ungu dan berbentuk coccus
berantai.
7.3. Percobaan 3
Berdasarkan
pembahasan diatas, pada bakteri yang menggunakan antibiotic metisin memiliki
zona hambat berdiameter 7 mm dan bersifat resisten, pada Azitromycin memiliki
diameter zona hambat 13 mm dan bersifat resisten, pada antibiotic Eritromycin
memiliki diameter zona hambat 32 mm dan bersifat sensitive, pada Ciprofloxacin
memiliki diameter zona hambat 23 mm dan bersifat sensitive.
VIII. DAFTAR PUSTAKA
Anonymous. (2011). Medium Pembiakan Bakteri. [Online]. Tersedia: http://biologid.blogspot.com/2011/10/medium-pembiakan-bakteri.html [5 Februari 2012]
Dwidjoseputro, D. (1994). Dasar-dasar
Mikrobiologi. Jakarta: Djambatan.
Hadiotetomo, R.S. (1993). Mikrobiologi dasar
Dalam Praktek. Jakarta: Gramedia
Krisno, A. (2011). TEKNOLOGI PEMBIAKAN DAN
PERTUMBUHAN MIKROORGANISME. [Online]. Tersedia: http://aguskrisnoblog.wordpress.com/2011/01/14/teknologi-pembiakan-dan-pertumbuhan-mikroorganisme/ [5 Februari 2012]
Pradhika, E. Indra. (2008). KUNCI AWAL IDENTIFIKASI BAKTERI (morfologi
koloni, morfologi sel dan pewarnaan gram). [online]. Tersedia: http://ekmon-saurus.blogspot.com/2008/09/kunci-awal-identifikasi-bakteri.html [5 Februari 2012]
Rizqi.
(2008). Mikroum…Pewarnaan Gram.
[online]. Tersedia: http://qi206.wordpress.com/2008/10/17/mikroumpewarnaan-gram/
[5 Februari 2012]
Sarinah.
(2011). UJI KEPEKAAN MIKROBA TERHADAP ANTIBIOTIKA. [online]. Tersedia: http://rynapunya.blogspot.com/2011/06/uji-kepekaan-mikroba-terhadap.html
[5 Februari 2012]
Langganan:
Postingan (Atom)